Kabar gembira datang dari hutan konservasi (Conservation Response Unit/CRU), Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Di kawasan ekowisata di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini pada Minggu pagi (19/7/15), kedatangan penghuni baru. Yuni, induk gajah berusia 22 tahun melahirkan bayi betina dengan sehat.
Bayi lahir sekitar pukul 05.00, dibantu tim dokter hewan Balai TNGL. Warga desa yang mendengar kabar ini, langsung berduyun-duyun melihat proses kelahiran bayi ini.
Andi Basrul, Kepala BBTNGL kepada Mongabay mengatakan, proses kelahiran tidak mengalami kesulitan berarti. Yuni melahirkan dengan baik dan lancar. Usai melahirkan, bayi ini langsung dirawat. Bayi gajah ini berlingkar dada 100 cm, tinggi badan 83 cm.
Yuni, katanya, satu dari tujuh gajah di Tangkahan yang menjadi tim patroli pengawas TNGL. Kini, menjadi delapan setelah kelahiran bayi ini. Di sini, ada tiga gajah tengah mengandung. Jadi, tinggal Olive dan Agustin, menanti kelahiran.
Andi mengatakan, kelahiran gajah ini membuktikan pengelolaan gajah jinak BBTNGL yang melibatkan masyarakat desa sekitar kawasan berjalan baik.
Pengelolaan ini, katanya, tetap memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan satwa hingga bisa membantu populasi gajah yang makin terdesak.
“Ini nyata, gajah liar yang dijinakkan bisa dikembangbiakkan dengan baik. Masyarakat juga membantu hingga jika selama ini konflik perlahan mulai berkurang. Konsep ini terus kita lakukan.”
Konsep ini, kata Andi, memberikan manfaat bagi hutan, gajah dan warga. Dengan memanfaatkan hutan tanpa harus merusak dan membunuh gajah. Masyarakatpun aktif menjaga dan melindungi kelestarian hutan TNGL.
Rudikita Sembiring, Ketua Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) mengatakan, konsep BBTNGL melibatkan masyarakat sekitar untuk menjaga dan melestarikan hutan, memberikan efek positif, khusus habitat satwa seperti harimau, gajah, orangutan dan badak.
Dia sangat bangga bisa menyaksikan gajah betina dewasa melahirkan di Tangkahan, kala perburuan tinggi untuk gading oleh orang tidak bertanggungjawab.
“Saya tegaskan, tak ada yang boleh memburu dan merusak Tangkahan ini. Kalau ada, kami masyarakat desa paling depan menghalangi. Bu Menteri Siti Nurbaya, kami menantang datang ke Tangkahan, dan berpatroli bersama menggunakan gajah yang menjadi tim patroli kawasan.”
Kuswandono, Kepala Bidang Teknis BBTNGL, mengatakan dari pantauan BBTNGL, gajah Sumatera termonitoring 190.
Di beberapa lokasi masih memiliki daerah penyangga berupa hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan produksi terbatas. Namun, beberapa lokasi langsung berbatasan dengan wilayah masyarakat atau areal penggunaan lain (APL).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna evaluasi terhadap apa yang kami lakukan