July 16, 2015
Sejak pertengahan Juni 2015, Kalimantan Barat, mulai memasuki musim kemarau. Kabut asappun mulai hadir. Lahan-lahan gambut mulai mengepulkan asap kuat di beberapa wilayah, salah satu di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.
Kala kami menyelusuri kawasan itu, Selasa (14/7/15), kepulan asap tampak menyebar di beberapa titik. Bahkan, ada lokasi dengan kobaran api cukup besar. Kebakaran lahan terus berjalan mendekati rumah warga.
“Saya bangun tidur, terkejut buka pintu api besar. Aduh, saya pikir sudah habis saya…” kata perempuan 70 an tahun, warga Desa Kuala Dua. Rumah dia berjarak sekitar 10 meter dari lahan gambut yang terbakar, hanya dibatasi parit kecil. “Gimanalah saya ini. Atap rumah dari daun.”
Angin cukup kuat hingga api berkobar-kobar dan terus meluas. Kamipun, mendatangani Pos Manggala Agni, sekitar satu kilometer dari lokasi lahan yang terbakar. Tampak, beberapa petugas sedang membersihkan mobil di tengah jembatan.
Kami memberitahukan soal kebakaran lahan yang sudah mendekati rumah warga. Sayangnya, mereka bilang, bukan wilayah Manggala Agni.
Kala kembali ke lokasi kebakaran, api sudah padam. Beberapa orang tampak memadamkan api. Ada yang menyemprotkan air. Ada yang sedang menggulung pipa. Satu mobil merah parkir di tepian jalan. “Ini swadaya warga. Saya punya tiga mesin, 27 selang besar dan 10 armada,” kata Matlias, Kades Kuala Dua, Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.
Dia mengatakan, kala kemarau, wilayah ini memang langganan kebakaran. Sejak tiga tahun ini, mereka swadaya memadamkan api. Karena, jika semua bergantung pada pemerintah belum tentu tertangani.
Menurut dia, penanganan kebakaran lahan dan hutan, memang harus dikerjakan bersama-sama, antara masyarakat dan pemerintah. Tak perlu banyak rencana, terpenting bagaimana pelaksanaan.
Namun, dia mengeluhkan, Manggala Agni, yang kadang enggan turun. “Susah, kecuali (yang terbakar) kebun, perumahan. Mereka bilang, tak ada anggaran. Mereka gakdengar instruksi menteri, padamkan. Jangan nunggu siapapun. Ada anggaran atau tidak. Macam kami di desa, kalau nunggu, kapan?”
“Kita tahu, Manggala Agni buat hutan konservasi, tapi kalau keadaan sudah begini, masak harus nunggu konservasi?”
Dia baru saja pulang rapat koordinasi gabungan soal kebakaran hutan dan lahan. “Begitu terus. Asal sudah kebakaran mereka ribut rapat terus. Abis api, abis rapat.Ade lagi, rapat lagi.”
Dalam rapat gabungan dia juga menyampaikan agar PT Angkasa Pura, selaku pengelola bandara ikut berkontribusi tak hanya menuntut tak ada asap. Lokasi bandara di Sungai Raya, KKR. Mereka, katanya, bisa ikut membantu dengan dana tanggung jawab sosial atau bina lingkungan, misal, memberi mesin atau selang dan lain-laian terkait penanganan kebakaran hutan dan lahan.
“Oke, selama ini mereka sudah beri bantuan pendidikan, rumah ibadah. Seharusnya, ada juga yang prioritas. Mereka berada di kawasan rawan kebakaran, mestinya ikut berkontribusi membantu,” ujar dia.
Matlias juga mengkritisi tempat pembuangan sampah di wilayah itu. Dia menilai, tak cocok ada tempat pembuangan sampah di lahan gambut. “Suwaktu-waktu mereka bakar. Jangan pemerintah boleh (bakar), masyarakat gak boleh.”
Selang 400 atau 500 meter dari lokasi pemadaman yang dilakukan Matlias dana warga, kepulan asap tebal dan cukup luas terjadi. Ia berada dekat kompleks perumahan dan kandang ayam. Tampak, polisi dari polsek sudah ada di sana. Salah satu dari petugas menghubungi Manggala Agni, meminta bantuan pemadaman api.
Sore itu, sekitar pukul 17.00, tim Manggala Agni, mulai memadamkan api di Desa Kuala II itu. Mereka berjibaku dengan medan yang cukup sulit dan sumber air cukup jauh dari lokasi kebakaran. Tak pelak, mereka memerlukan selang cukup panjang agar bisa menjangkau wilayah kebakaran.
Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyampaikan informasi dari Posko Darkarhutla KLHK, bahwa pantauan hotspot satelit NOAA-18 pada 14 Juli 2015 terdeteksi ada 36, tiga di Riau (Pelalawan, Rokan Hulu, dan Siak), 20 di Kalbar (Kapuas Hulu, Ketapang, Kuburaya, Melawi, Pontianak dan Sintang). Lalu, Kalteng (9), Jawa Barat (2) Jawa Timur (1) dan Jawa Tengah (1).
“Dengan total titik api 1 Januari 2015-14 Juli 2015 sebanyak 3.996 titik, dibandingkan periode sama 1 Januari 2014-14 Juli 2014, terpantau 9.356 titik,” katanya.
Dari laporan itu, tampak penanganan karhutla di masing-masing daerah rawan kebakaran seperti Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar dan Kalteng.
Di Riau, tim KLHK dan Polda Riau, pemantauan dari udara masih menemukan titik panas di lapangan dan aktivitas illegal logging di Kerumutan. Untuk titik panas langsung waterbombing dengan helikopter MI17. Sedang pembalakan liar ditangani SPORC, PPNS dan Polda Riau. Untuk Manggala Agni Daerah Operasi Rengat, melakukan pemadaman di Desa Bangan Limau, Palalawan, masuk kawasan Taman Nasional Tesso Nillo. DI Dumai, melakukan pemadaman api di Desa Rantau Bais, Rokan Hilir dan di Desa Mumugo, Tanah Putih, terbakar 71 hektar dan pemadaman 12 hektar.
Untuk tim Rupat juga melanjutkan pemadaman di Desa Teluk Leucah, Rupat Utara luas terbakar sekitar lima hektar, dipadamkan sekitar empat hektar. Di Pekanbaru, monitoring areal bekas terbakar di Kelurahan Labuh Baru, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru guna mewaspadai api baru. Di Daops Siak, dilakukan pemadaman lanjutan di Kecamatan Dayun, dan Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis.
Dalam laporan ke pusat, di Kalbar, antara lain, Daops Pontianak, pukul 16.00 sampai malam memadamkan kebakaran lahan masyarakat di Desa Kuala Dua, Sungai Raya, KKR. Daops Sintang, melakukan cek lapangan di Binjai Hulu. Berkoordinasi dengan Polsek Binjai Hulu ditemukan areal terbakar seluas empat hektar.
Kota Pontianak, pun beberapa pekan lin kembali berselubung kabut asap. Terhitung akhir Juni 2015, jarak pandang dalam kota tersisa hanya satu hingga dua kilometer. Kabut asap disertai bau menyengat dan mengganggu pernafasan terutama malam dan pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna evaluasi terhadap apa yang kami lakukan